Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun, Pilar Iman dan Pendidikan Rohani Sejak Awal Abad ke-20

Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun, Pilar Iman dan Pendidikan Rohani Sejak Awal Abad ke-20
Jogonalan 22/05/2025, Terletak di tengah komunitas masyarakat Desa Gondangwinangun, Kecamatan Jogonalan, Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondangwinangun menjadi salah satu tonggak sejarah pertumbuhan gereja Protestan di wilayah Kabupaten Klaten bagian timur. Gereja ini telah menjadi rumah iman, pusat pendidikan rohani, dan ruang sosial bagi umat Kristen Jawa selama beberapa generasi.
Awal Mula dan Akar Sejarah
Sejarah GKJ Gondangwinangun tidak terlepas dari gerakan zending dan pekabaran Injil yang dilakukan oleh penginjil Belanda dan guru-guru Injil pribumi pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di tanah Jawa. Di wilayah Klaten timur, termasuk Gondangwinangun, ajaran Kristen mulai diterima oleh sebagian masyarakat yang sebelumnya memeluk kepercayaan lokal.
Komunitas Kristen pertama di Gondangwinangun tumbuh dari kelompok-kelompok kecil yang berkumpul di rumah warga untuk beribadah dan belajar Alkitab. Dengan bimbingan dari para pendeta dan evangelis yang diutus dari pusat GKJ (Gereja Kristen Jawa), lambat laun mereka membangun kapel kecil dari bambu dan kayu untuk digunakan sebagai tempat ibadah tetap.
Pendirian Gereja dan Peranannya
Pada dekade 1920–1930-an, jumlah umat bertambah dan kebutuhan akan tempat ibadah permanen semakin mendesak. Maka dimulailah pembangunan gedung gereja sederhana, yang kemudian dikenal sebagai GKJ Gondangwinangun. Gereja ini merupakan bagian dari sinode Gereja Kristen Jawa, sebuah sinode Protestan beraliran Reformed yang berbasis di Yogyakarta dan sekitarnya.
GKJ Gondangwinangun tidak hanya menjadi tempat ibadah rutin hari Minggu, tetapi juga berperan sebagai pusat penginjilan, pendidikan karakter, dan penguatan iman, baik melalui Sekolah Minggu, remaja gereja, hingga persekutuan doa keluarga.
Akar Kontekstual Jawa dan Pelayanan Sosial
Sebagai bagian dari GKJ, gereja ini memiliki kekhasan pelayanan dengan pendekatan budaya Jawa. Tata ibadah menggunakan bahasa Jawa, kidung pujian khas Jawa, dan sering menyisipkan nilai-nilai lokal dalam khotbah dan pelayanan. Hal ini membuat umat merasa lebih dekat dengan firman Tuhan tanpa meninggalkan identitas budayanya.
Selain pelayanan rohani, GKJ Gondangwinangun juga dikenal aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan, seperti bakti sosial, pelayanan kesehatan sederhana, serta bantuan pendidikan kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu di sekitar desa.
Harmoni Antarumat Beragama
Di lingkungan masyarakat yang heterogen secara agama, GKJ Gondangwinangun telah membuktikan diri sebagai bagian dari pendorong kerukunan. Warga gereja hidup berdampingan secara damai dengan umat Islam, Katolik, dan Hindu, serta turut berkontribusi dalam kegiatan lintas agama di Kecamatan Jogonalan;
GKJ Gondangwinangun bukan hanya bangunan fisik tempat ibadah, tetapi juga monumen iman, warisan budaya, dan simbol toleransi yang telah hidup sejak awal abad ke-20. Gereja ini terus bertahan dan berkembang sebagai bagian dari sejarah spiritual dan sosial masyarakat Klaten.
What's Your Reaction?






