Peringatan Hari Pahlawan: Menggali Kembali Pemikiran Revolusioner Tan Malaka

Peringatan Hari Pahlawan: Menggali Kembali Pemikiran Revolusioner Tan Malaka

Jogonalan, (10/11/25) — Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan,  kiprah salah satu tokoh penting dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia, Ibrahim Datuk Tan Malaka. Sosok yang kerap dijuluki sebagai Bapak Republik ini dikenang karena pemikiran revolusionernya yang jauh melampaui zamannya.

Tan Malaka lahir di Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1897. Ia menempuh pendidikan hingga ke Belanda dan terlibat aktif dalam gerakan perlawanan terhadap kolonialisme. Kiprah pergerakannya tidak hanya berada di Indonesia, namun melintasi berbagai negara seperti Belanda, Jerman, Rusia, hingga Tiongkok.

Dalam sejarah perjuangan bangsa, Tan Malaka dikenal sebagai tokoh yang teguh memperjuangkan kemerdekaan 100%, tanpa kompromi dengan kepentingan penjajah. Pemikirannya dituangkan dalam berbagai karya monumental, salah satunya buku MADILOG (Materialisme, Dialektika, Logika) yang menjadi rujukan penting bagi kaum intelektual hingga saat ini.

Meski kontribusinya besar, perjalanan hidup Tan Malaka penuh lika-liku. Ia beberapa kali ditangkap, diasingkan, dan akhirnya gugur pada 21 Februari 1949 di Selopanggung, Kediri. Pengakuan negara atas jasa-jasanya bahkan baru diberikan pada 28 Maret 1963, ketika ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.

Peringatan Hari Pahlawan tahun ini menjadi pengingat bahwa perjuangan Tan Malaka tidak hanya berhenti pada kemerdekaan, tetapi juga perjuangan mencerdaskan bangsa. Semangat berpikir kritis, mandiri, dan progresif yang diwariskannya menjadi pesan penting bagi generasi muda Indonesia.

Dengan mengenang jasa Tan Malaka, Bangsa Indonesia diingatkan bahwa kemerdekaan dan masa depan bangsa harus terus diperjuangkan melalui pemikiran kuat, keberanian, dan perjuangan yang nyata.

“Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali"
-Tan malaka 

Eka/Jogonalan-klt)

“Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali"
-Tan malak

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0